2014 - Archieve

Under the hood articles from the past.

Wednesday, April 9, 2014

Tips Liburan Hemat ke Pulau Natuna

Tips Liburan Hemat ke Pulau Natuna


Untuk mengunjungi beberapa pantai dan tempat wisata di Natuna lainnya perlu sedikit tips agar dapat menghemat biaya perjalanan Anda. Berikut ini tips liburan hemat ke Natuna agar tetap aman dan nyaman yang bisa dicoba ketika Anda butuh panduan mengunjungi pulau Natuna Kepri nanti.
  • Pastikan sudah memesan tiket untuk keluar dari Natuna, karena transportasi untuk keluar dari pulau ini agak susah. Saat ini sudah ada maskapai penerbangan yang melayani penerbangan jurusan Pulau Natuna dari Jakarta, Pontianak, Tanjung Pinang dan Batam.
  • Karena hotel di Pulau Natuna adalah kelas melati, Jangan lupa membawa peralatan mandi takutnya penginapan di natuna tidak menyediakan peralatan mandi seperti hotel-hotel berbintang
  • Jika anda yang hobi snorkling, menyelam, dan olahraga air lainnya, sebaiknya bawalah peralatan sendiri, karena di Pulau Natuna masih jarang penyewaan alat-alat selam profesional.
  • Jika hendak mengunjungi pulau-pulau yang dekat dengan Natuna seperti pulau Senoa, Pulau tiga dll, disarankan mulai Pukul 11 Siang Hingga Pukul 3 Sore, karena air tidak begitu surut, sehingga anda tidak akan mengalami kejadian kapal menyangkut di karang.

Thursday, April 3, 2014

Lintas Sejarah Lanud Ranai

Pangkalan TNI AU Ranai merupakan pangkalan Operasi TNI AU tipe C dan berada dibawah komando dan kendali Koopsau I. Secara geografis Lanud Ranai berhadapan langsung dengan kemungkinan datangnya ancaman sehingga keberadaan Lanud Ranai sangat strategis dan penting, terlebih lagi jika dikaitkan dengan lingkungan strategis yang dinamis di kawasan. Sejak dioperasionalkan tahun 1955 hingga saat ini (2014), dalam konteks Operasi Militer untuk perang (OMP) Lanud Ranai telah ikut berperan dalam berbagai penggelaran operasi dan latihan baik yang diselenggarakan oleh TNI AU maupun Mabes TNI. Selain itu secara historis, dalam konteks Operasi Militer selain Perang (OMSP) Lanud Ranai juga berperan dalam merekatkan hubungan antara masyarakat Natuna dengan TNI AU terutama dalam pembangunan daerah dan khususnya dibidang perhubungan udara yang sangat membantu kelancaran pemerintahan daerah dan sosial masyarakat di Natuna.

Selayang Pandang

Kepulauan Natuna (Kabupaten Natuna, beribukota Ranai) merupakan salah satu pulau terbesar yang berada dibawah administrasi Propinsi Kepulauan Riau (beribukota Tanjung Pinang). Kabupaten Natuna merupakan salah satu kabupaten termuda era reformasi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dan disahkan pada tanggal 12 Oktober 1999. Posisi koordinat Kabupaten Natuna, antara 02 derajat sampai dengan 05 derajat Lintang Utara dan antara 104 derajat sampai dengan 110 derajat Bujur Timur dengan luas wilayah secara keseluruhan 141.901 km, terdiri dari beberapa gugusan pulau yaitu gugusan pulau Pulau Natuna, terdiri dari Pulau Laut, Sedanau, Bunguran dan Midai, Gugusan Pulau Serasan terdiri dari pulau Serasan, Subi Besar, dan Subi Kecil.

Terdiri dari 272 pulau, dari keseluruhan pulau tersebut hanya 76 pulau atau 28% yang telah di huni, sedangkan 195 atau lebih kurang 72% pulau lainnya masih belum berpenghuni. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah penduduk Kabupaten Natuna (angka sementara) adalah 69.319 orang, yang terdiri dari 35.780 laki-laki dan 33.449 perempuan. Pulau Natuna memiliki beberapa potensi sumber daya alam yang belum dikelola secara optimal, diantaranya perikanan laut yang mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun dengan total pemanfaatan hanya 36%, pertanian dan perkebunan seperti ubi-ubian, kelapa, karet, sawit dan cengkeh masih dikelola secara tradisional, obyek wisata: bahari, gunung, air terjun dan gua alam belum didukung dengan infrastruktur pariwisata yang memadai, sumber daya energi minyak bumi dan gas alam terletak di D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEEI) dengan total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT yang merupakan salah satu sumber terbesar di Asia namun masih menjadi isu antara pusat dan daerah. Fasilitas dan infrastruktur yang ada masih terus dalam pembangunan berupa jalan raya, pelabuhan dan jembatan, sementara untuk sumber listrik didukung melalui genset bertenaga diesel secara terbatas. Transpotasi darat berupa taksi plat hitam dan ojek, transportasi laut berupa kapal perintis dan pompong, transportasi udara, 2 maskapai 4 kali seminggu.

Kepulauan Natuna merupakan daerah terdepan karena terletak paling utara di wilayah NKRI (pulau Sekatung) dan wilayah yang sangat strategis karena satu-satunya pulau yang berada pada lintasan jalur perhubungan di Asia baik jalur perhubungan laut (sea lines of communication/SLOC) dan jalur perhubungan udara (air lines of communications/ALOC) dari wilayah Asia Tenggara, Asia Selatan, Arab dan Afrika ke wilayah Asia Tengah, Asia Timur, Pasifik dan Amerika atau sebaliknya. Perairan di wilayah kepulauan Natuna juga merupakan wilayah yang sangat vital bagi beberapa negara asing khususnya Singapura karena dibawahnya terdapat jalur pipa minyak bumi dan gas alam dan jalur kabel serat optik bawah laut. Natuna berbatasan langsung dengan negara asing batas wilayah sebelah utara adalah Vietnam dan Kamboja, batas selatan adalah gugusan kepulauan Riau, sebelah barat Semenanjung Malaysia dan pulau Bintan sedangkan sebelah timur adalah Kalimantan Utara (Malaysia) dan Kalimantan Barat.
Pangkalan TNI AU (Lanud) Ranai terletak di Pulau Natuna yang termasuk gugusan kepulauan Natuna Utara tepatnya di Kelurahan Ranai Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna, memiliki areal seluas 450,5 Hektar, dengan batas sebelah Barat kampung “Pring”, sebelah Timur pantai Laut Cina Selatan, sebelah Utara Kampung Batu Hitam dan Selatan Kampung “Penagih” ( Kampung di atas muara sungai Ulu).
Riwayat Pangkalan TNI AU Ranai.

Tahun 1950. Antara akhir tahun 1949-1950 Belanda meninggalkan pangkalan udara Natuna dan diambil alih oleh Pemerintah RI.

Tanggal 20 Maret Tahun 1952. Tim survey dari Mabesau yang datang ke Pulau. Natuna dengan menggunakan kapal motor B.O. 38 bersandar di pelabuhan dagang Penagi dan mengadakan pertemuan dengan seluruh masyarakat.

Tanggal 21 Maret Tahun 1952. Asisten Wedana kecamatan Bunguran Timur bersama para pemuka masyarakat membawa tim tersebut ke daerah yang bernama Padang Air Uma untuk mengadakan peninjauan dan survey.

Tahun 1953. Tim survey kedua dengan menggunakan pesawat PB-2 Catalina kembali datang dan mendarat dialur Pelabuhan Penagi. Tim mengadakan survey selama satu hari penuh guna melengkapi data-data lokasi yang akan di jadikan Landasan Pacu pesawat.

Bulan April Tahun 1955. Pada saat menjelang Konfrensi Asia Afrika di Bandung beberapa penduduk Pulau Natuna melihat sebuah pesawat yang terbang dalam keadaan terbakar kemudian jatuh dilaut dekat Pulau Batu Billis Kelurahan Kelarik Kec. Bunguran Barat. Pesawat jatuh tersebut adalah milik maskapai penerbangan INDIA “KHASMIR PRINCES”, yang membawa delegasi RRC ke Konfrensi ASIA AFRIKA di Bandung. Dengan adanya kejadian ini maka pemerintahan saat itu mempercepat pembangunan pangkalan udara di Natuna.

Tanggal 5 Mei Tahun 1955. Mabesau mengirim Tim pembangunan pangkalan udara yang dipimpin oleh Letnan Udara Satu R. Sadjad Nrp 462981 dengan 6 anggota, yaitu Pratu Effert (ADC), Sipil Komaling (Mandor 1), Sipil Williem (Mandor 2 merangkap tukang kayu), Sipil Mathias (juru masak merangkap tukang kayu), Sipil Chalik (juru masak merangkap tukang kayu), Sipil Othing (Tehnik). Tim mendarat dialur Pelabuhan Sedanau (sebelah barat pulau Natuna) menggunakan pesawat PB-2 Catalina, selanjutnya pada pukul 19.00 WIB berangkat menuju Ranai dengan kapal motor penduduk setempat.

Tanggal 6 Mei Tahun 1955. Tim menggelar musyawarah dengan para pejabat dan pemuka masyarakat setempat. Hasil musyawarah tersebut, masyarakat sebanyak 17 orang secara bergotong royong memulai pengukuran dan pematokan lokasi di daerah Padang Air Uma yang disaksikan oleh Wakil Lurah Ranai Bapak Bujang Ali Samad. Kondisi Padang Air Uma saat itu merupakan hutan, rawa dan kebun kelapa, pemakaman umum masyarakat. Disebelah utara terdapat perkampungan Tandjung Pasir yang dihuni oleh lima kepala keluarga, sebelah selatan + 15 meter terdapat laut muara Sungai Ulu yang bermuara dialur Pelabuhan Penagi, disebelah timur 350 meter terdapat laut, disebelah barat + 50 meter terdapat kebun kelapa rakyat.

Tanggal 27 Mei Tahun 1955. Pembangunan pangkalan udara dilaksanakan bersama masyarakat dari 8 desa (Ranai, Sepempang, Tandjung, Tjeruk, Kelanga, Pengadah, Sungai Ulu dan Tjemaga ), terhimpun 5722 orang dan dilaksanakan oleh 100 orang setiap harinya secara bergantian dengan mempergunakan peralatan yang sangat sederhana yang dibawa oleh tim berupa skop 4 buah, kampak 2 buah, dan palu besar 2 buah, sedangkan kekurangan peralatan berupa cangkul, parang, karung pengangkut pasir dibawa sendiri oleh rakyat sebagian diperoleh dari toko-toko secara kredit termasuk bahan makanan. Guna menghilangkan kelelahan pada malam harinya diputarkan Film (layar tancap) yang sudah dipersiapkan oleh tim sehingga masyarakat sangat antusias dalam melaksanakan pekerjaannya dan menjadi satu-satunya hiburan yang ada pada masa itu. Pekerjaan awal yang dilaksanakan adalah membuka hutan, Landasan di buat membujur dari selatan ke utara dengan azimut 00/18, panjang 1300 m dan lebar 40 m dengan schoulder kiri kanan masing-masing 15 m. Landasan ini berupa landasan rumput yang diperkeras dengan batu karang di garis tengah membujur seukuran jarak roda – roda pesawat C- 47 ( Dakota ).
Tanggal 2 Agustus Tahun 1955. Kasau Komodor Udara Rd. Suryadi Suryadharma beserta rombongan tiba di Lanud Ranai menggunakan pesawat PB-2 Catalina yang mendarat di Pelabuhan Pelantar Penagih. Didampingi oleh Letnan Udara Satu Sadjad, Kasau dan rombongan meninjau hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan Landasan Udara Ranai. Bentuk landasan mulai kelihatan lahan yang tadinya rawa dan hutan sekarang sudah menjadi rata, akan tetapi dalam proses pengerasan tanah ditemui adanya hambatan dengan terbatasnya alat peralatan di Ranai. Hal ini mempengaruhi kelancaran pembangunan, sehingga dicarikan jalan keluarnya dengan menggunakan alat manual dari pohon kelapa yang diangkat dengan tenaga manusia dan ditumbukan ke tanah tetapi hasilnya kurang memuaskan.

Tanggal 2 September Tahun 1955. Kepala PU I Effert Watulingas dengan dua anggota untuk berangkat ke Tanjung Pinang untuk meminjam Wals (mesin giling) ke jawatan PU Tanjung Pinang.

di Pelabuhan Penagi, wals yang beratnya 6 ton tidak memungkinkan untuk diturunkan keatas dermaga yang terbuat dari kayu, sehingga dalam proses penurunannya dari kapal wals tersebut di bongkar menjadi bagian-bagian kecil dan di rakit kembali di darat hingga dapat di gunakan. Dengan adanya penambahan kelengkapan peralatan Jeep dan dua buah Treler kesulitan pengangkutan pengangkutan pasir dan batu karang ke landasan dapat diatasi sehingga lebih mempercepat proses pembangunan. Pengerasan dan pemadatan landasan dikerjakan dengan wals secara terus-menerus selama 24 jam dengan tenaga kerja dua orang, seorang mengemudi wals dan seorang lagi memegang lampu petromak bergiliran tiap 6 jam dan teratur, suasana kerja siang malam tersebut berlangsung terus sampai saat- saat pendaratan pertama dilakukan. Modal membuat landasan waktu itu adalah semangat membangun, persatuan serta gotong royong, satu hal lagi yang kelihatan sepele tetapi besar sekali artinya saat itu adalah sering diadakannya pemutaran film untuk umum tanpa dipungut bayaran, sehingga banyak orang datang menyaksikan. Sebagai balasannya mereka dengan suka rela membantu membuat landasan yang sebagian besar membawa alat apa adanya.

Tanggal 29 Desember Tahun 1955. Dilaksanakan landing test oleh pesawat C-47 (Dakota) AURI nomor registrasi T-480 dengan pilot Kapten Udara A. Fatah, merupakan salah satu penerbang AURI berkualifikasi test pilot dan mission track record yang baik pada masa itu. Percobaan pendaratan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan berhasil.

Tanggal 10 Maret Tahun 1956. Pembangunan landasan pacu lanud Ranai dinyatakan selesai. Dalam pembangunan landasan tahap pertama ini tidak kurang dari dua belas pemilik pohon kelapa mendapat ganti rugi dua dollar Malaya tiap batang pohon nya. Rumah-rumah yang terkena proyek tersebut milik lima kepala keluarga, dengan ikhlas dan gembira menerima penggatian yang cukup besar pada masa itu serta mendapat lahan relokasi dan rumah baru di daerah Pring.

Tanggal 20 Mei Tahun 1955. Letnan Udara Satu R Sadjad dinaikan pangkatnya menjadi Kapten udara, dan dijadikan Komandan Pangkalan Udara Ranai yang pertama. Pembangunan lanjutan pangkalan udara terus dilaksanakan dengan membangun fasilitas-fasilitas pendukung pangkalan, menggunakan tenaga pekerja harian dengan upah tiga dollar Malaya, bagi pekerja-pekerja yang memiliki semangat kerja dan berprestasi baik diangkat menjadi kekuatan personil TNI AU yaitu sebagai Pegawai Negeri Sipil. Adapun masyarakat yang telah berjasa dalam membuka hutan/membangun landasan secara suka rela dan gotong royong diberi piagam penghargaan oleh Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara Rd. S Suryadarma dan mereka diberi kesempatan menikmati penerbangan (Joy flight) diatas kepulauan Natuna dengan pesawat Dakota.

Tahun 1960. Guna mengantisipasi dampak perang Vietnam seperti pengungsi Vietnam dan kamboja serta agar dapat didarati pesawat C-130 Hercules, pembangunan lanjutan dilaksanakan kembali.

Tahun 1975. Landasan diperkeras, diperlebar dan diperpanjang menjadi 200 m, sehingga landasan memiliki dimensi 2.550 X 32 m. Pembangunan fasilitas lain berupa penambahan apron, albanav (NDB, R/W light dan tower), hangar dan apron barat, scramble area di RW 36.

Tanggal 16 Mei Tahun 1981. Tahun 1980 pembangunan lanjutan Lanud Ranai dinyatakan selesai dan diresmikan oleh Menhankam Pangab pada masa itu, Jenderal TNI M. Jusuf.

Menhankam Pangab Jenderal M.Jusuf saat tiba di Lanud Ranai Dalam rangka penggunaan landasan
Bulan Desember Tahun 1996. Peningkatan albanav dengan instalasi VOR dan PAPI. Operational publishing bulan Januari 1997.

Bulan Oktober Tahun 2013. Akhir tahun 2013, peningkatan fasilitas NDB dengan teknologi terbaru dan renovasi beberapa fasilitas pendukung seperti mess crew, mess VIP dan fasilitas tower system.

Pelibatan Operasi Dan latihan

Operasi.

Operasi Halau (Tahun 1985-1990). Perang Vietnam yang terjadi di wilayah Indochina antara Vietnam Utara (dibantu China dan Russia) versus Vietnam Selatan (dibantu Amerika dan Eropa) berdampak dengan migrasi besar-besaran pengungsi dari Vietnam dan Kamboja yang masuk ke wilayah NKRI khususnya di Kepulauan Riau. Maka Pangkoopsau I sejak tanggal 29 Mei 1985 mengeluarkan surat tugas operasi penanggulangan pengungsi Vietnam (Sinam) yang dipusatkan di Pangkalan TNI AU Ranai, dengan nama Operasi Halau. Dengan adanya situasi dan kondisi kawasan Asia pada tahun 1985 terutama di wilayah negara Vietnam yang menimbulkan masalah kemanusiaan berupa pengungsian besar-besaran dari Vietnam ke beberapa negara di sekitarnya termasuk Indonesia. Dan wilayah kepulauan Natuna merupakan wilayah yang dekat dengan Vietnam dan dijadikan tempat tujuan para pengungsi.
Operasi dilaksanakan dalam rangka mencegah subversi maupun infiltrasi melalui laut dan udara, khususnya pengungsi Vietnam dan pengawasan serta penghancuran sasaran di wilayah perairan kepulauan Natuna dan sekitarnya. Pelaksanaan operasi mencapai waktu lebih dari satu setengah tahun yang melibatkan unsur darat, laut dan udara. Dengan adanya Operasi Halau di Lanud Ranai maka kekuatan udara dioperasikan di Lanud Ranai dengan menggunakan pesawat yang ada pada waktu itu ialah : satu flight pesawat OV-10 Bronco Skadron Udara 1, Cessna-401 Skadron Udara 4 dan Heli SAR SA-330 Puma Skadron Udara 8. Pelaksanaan pengintaian udara dilaksanakan secara rutin 3-4 kali setiap minggu untuk mencari dan menemukan perahu-perahu Sinam.
Operasi Sayap Elang.
Operasi Alur Elang.
Operasi Angkut Elang.
Latihan.
Latihan Gabungan TNI. Tahun 1996 dan September Tahun 2008
Latihan Puncak TNI AU Angkasa Yudha. Bulan Oktober Tahun 2013
Latihan Gabungan TNI PPRC. Bulan September Tahun 2012
Latihan Satuan Komlek Omega. Bulan Oktober Tahun 2013
Latihan Satuan Jalak Sakti dan Latihan Satuan Trisula Perkasa Agustus Tahun 2007
Latihan Bersama Camar Indopura. Tahun 1999, 2000, 2001, 2002 , dan Agustus 2007


sumber By : Dedi Supriadi

Tuesday, April 1, 2014

KEBUDAYAAN MELAYU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

KEBUDAYAAN MELAYU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


mohon maaf jika ada yang salah atau dalam penulisan, sesungguhya saya baru belajar dan tidak salahnya jika saya berpantun.
Kapur sirih tersusun rapi didalam tepak
Dipersembahkan untuk sang pangeran
Jika ada salah dan jangkal yang tampak
Salah dan hilaf tolong dimaafkan
              Patik menyembah sepuluh jari
Sembah mengahadap sang permaisuri
Jikalau tugas ini dapat dipelajari
Tidak salahnya anda dapat membagi
Sabki (12122100002)*)
*) Mahasiswa Program Strata-1 (S-1), pada Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Yogyakarta,
Kata Kunci: kebudayaan, budaya melayu, perkembangan, ilmu pengetahuan
Abstrak. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya,  khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai­nilai budaya yang berlaku.
Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan, untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya.
            Kebudayaan Melayu dari dari massa penjajahan hingga sekarang selalu mengalami perubahan. perubahan itu dapat dilihat dari seni budayanya yang selalu mengikuti budaya barat, tapi tidak kebaratan. Inilah budaya yang di sebut budaya hibrid, yaitu budaya yang mengikuti perubahan zaman dan gempuran dari budaya-budaya barat atau lainnya. Jika ada yang baik untuk memajukan masyarakat maka akan ditiru dan dijadikan sebagai budaya modern. Warisan budaya melayu terbesar yaitu segi bahasa yang menyatukan nusantara, dari segi bahasa ada juga, sastra, seni dan adat istiadat yang islami sebagai penapis masuknya sikap budaya yang tidak sesuai budaya ketimur-timuran.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ………………………………………………………          2
PENGERTIAN KEBUDAYAAN………………………………………………   3
BEBERAPA PENDAPAT TENTANG MELAYU DAN KEBUDAYAAN..…   3
SUMBANGAN TERBESAR BUDAYA MELAYU...........................................7
KEBUDAYAAN MELAYU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN  .............................................................................................................................9
Dampak Positif Ilmu Pengetahuan.....................…………………………….    9
Dampak Negatif Ilmu Pengetahuan.................................................................   10
Sikap kebudayaan melayu dalam perkembangan Ilmu pengetahuan.…………...   11
KESIMPULAN ...................................................................................................  15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….…  16
PENDAHULUAN
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai­nilai budaya yang berlaku.
Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan, untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya.
Budaya Melayu umumnya, khasnya Melayu Riau, adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan itulah yang menyebabkan kebudayaan Melayu menjadi majemuk dengan masyarakatnya yang majemuk pula. Kemajemukan inilah sebagai salah satu khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat dengan keberagaman. Karenanya, orang mengatakan bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga yang penuh warna warni, indah dan memukau. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai utama sebagai “jatidiri” kemelayuan itu adalah adat istiadatnya atau dikatakan “adat resam”.[9]
Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol (lambang) dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan ruamh tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat (pepatah petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair dll), yang mereka warisi turun temurun. Karenanya, tidaklah berlebihan bila ada yang berpendapat, bahwa khasana budaya Melayu merupakan “ samudera budaya dunia”, sebab di dalam budaya Melayu memang terdapat berbagai unsur budaya dunia. Dengan sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri.[9]
Dari sisi lain, keterbukaan budaya Melayu tidaklah bermakna “terdedah tanpa penapis”, sebab adat istiadat Melayu menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk merka buang dan jauhkan.[9]
Sekarang, peranan adat nampaknya tidak lagi sekental dahulu, sehingga fungsi penapisnya juga turut luntur dan melemah. Akibatnya, di dalam masyarakat Melayu Riau, banyak sudah unsur-unsur negatif budaya luar yang masuk dan merebak kedalam masyarakat Melayu, terutama melanda generasi mudanya. Tentu adanya pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat. Jika diamati jauh sebelum indonesia merdeka kebudayaan melayulah yang mempererat hubungan antar budaya, karna keterbukaannya.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Sedangkan definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa, “menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya leluhur melalui proses pendidikan. [3]
budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.
Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu pula sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan, dan kebudayaan akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut. Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya.
BEBERAPA PENDAPAT TENTANG MELAYU DAN KEBUDAYAANNYA.
Banyak pendapat para ahli yang mengungkapkan tentang etimologi kata melayu,
- Werndly,
kata “melayu” berasal dari kata “melaju” dasar katanya  laju bermakna cepat, deras dan tangkas, dengan pengertian bahwa orang melayu bersifat tangkas dan cerdas, segala tindak tanduk mereka cepat dan deras
-   Hollander,
Memberi makna melayu sebagai pengembara, tegasnya bahwa orang  melayu suka mengembara atau menjelajah dari satu tempat ketempat lain.
-   Omar Amir Husin,
Kata melayu berasal dari satu daerah dinegeri persia bernama Mahaluyah. Penduduk Mahaluyah telah mengembara ke Asia Tenggara dan menetap si Sumatera dan kepulauan sekitarnya. Suku mahaluyah itulah yang membawa pengaruh kebudayaan Persia di daerah ini ( seperti dalam kesusastraan melayu) beliau jiga mengatakan kata melayu mungkin berasal dari nam-nama guru-guru yang bergelar “Mulaya”, guru inilah yang berperan menyuburkan kebudayaan melayu. [4]
      Banyak pendapat lain yang mengungkapkan tentang kata melayu. Di Indonesia yang dimaksud dengan suku bangsa Melayu adalah yang mempunyai adat istiadat Melayu, yang bermukim terutamanya di sepanjang pantai timur Sumatera, di Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat. Pemusatan suku bangsa Melayu adalah di wilayah Kepulauan Riau. Tetapi jika kita menilik kepada yang lebih besar untuk kawasan Asia Tenggara, maka terpusat di Semenanjung Malaya. Penyebaran budaya melayu ini tidak terlepas dari penjajahan Belanda dan Jepang dalam menginterpensi masyarakat dan dalam pemikiran dan politik dimassa itu.
Kemudian menurut orang Melayu, Orang Melayu bukanlah dilihat daripada tempat asalnya seseorang ataupun dari keturun darahnya saja. Seseorang itu dapat juga disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu dan mempunyai adat-istiadat Melayu. Orang luar ataupun bangsa lain yang datang lama dan bermukim di daerah ini dipandang sebagai orang Melayu apabila ia beragama Islam, mempergunakan bahasa Melayu dan beradat istiadat Melayu.
Dari segi kebudayaannya Melayu sangat di pengaruhi oleh Hindu budha dalam segi, Agama, pemikiran, sistem pemerintahan, adat istiadat, dan bahasa dan sastera. Awalnya masyarakat melayu menganut paham anamisme, paham ini berbentuk kepercayaan kepada semangat, pemujaan roh nenek moyang dan mahluk alam gaib. Kepercayaan animisme adalah kepercayaan yang amat komplek. Kepercayaan ini mengatur tingkah laku manusia terhadap alam sekeliling, karena mereka percaya bahwa setiap fenomena alam mengandung kekuatan gaib atau penunggu.
Setelah Hindu-Budha mempengaruhi alam melayu, kemudian datang era baru yaitu Islam. Islam mulai tersebar di alam melayu sejak abad ke 13M. Islam bermula di Pasai sekitar tahun 1297M dan Trenggano pada tahun 1303 M. Kedatangan Islam kedaerah ini telah membawa perubahan yang dinamik dalam kehidupan orang melayu. Prof Taib Osman berpendapat bahwa kedatangan Islam ke nusantara telah membawa perubahan sehingga menjadikannya sebahagian dari dunia Islam. Perubahan itu meliputi semua aspek kehidupan orang melayu, seperti dalam  bidang bahasa, sastra, intelektual, undang-undang, kepercayaan, politik, adat istiadat, kesenian dan lainnya. Setelah kedatangan Islam , bahasa Arab  sebagai bahasa resmi agama Islam mulai mengambil alih bahasa sanskrit dikalangan orang melayu, Huruf arab digunakan untuk penulisan bahasa melayu yang disebut huruf Jawi, Huruf baru yang berasal dari Al-Qur’an telah menggantikan huruf Kawi dan Nagari. Setelah Islam masuk, bahasa melayu mengalami perubahan yang sangat pesat dengan meminjam kata-kata arab, sehingga bahasa melayu menjadi media ilmu pengetahuan seperti Teologi, falsafah, etika dan lainnya. Menurut Van der Kroef, bahasa melayu menerima pangaruh Islam dengan begitu kuat, malah melayu tanpa Islam di ibaratkan sebagai diri tanpa nyawa. Dengan kedatangan Islam ke alam melayu, hingga bahasa melayu mengalami proses pemoderenan dan tersebar luas sehingga menjadikannya Lingua Franca di daerah Nusantara.[4]
Pengenalan ilmu pengetahuan yang bercorak falsafah maka Islam memperkenalkan pemikiran yang bercorak rasional dan intelektual dalam masyarakat melayu. Islam juga menekankan unsur persamaan sosial, keadilan, individual, kemuliaan dan kepribadian insani. Dengan itu Islam merobah pandangan dunia orang melayu dari pandangan bercorak mitologi, fantasi kepada pemikiran yang bercorak intelektual yang berazaskan ilmu falsafah Islam dan Mistik yang rasional dan ilmiah. Dengan demikian Islam menekankan kedua aspek jasmani dan rohani untuk membangun masyarakat melayu terhadap ilmu pengetahuan, Islam di alam melayu mengembangkan tradisi pendidikan dan pengajaran dorongan belajar berawal dari pengajaran membaca Al-Qur’an untuk tujuan ibadat, pusat pengajian permulaan berawal di mesjid atau surau, kemudian disekolah-sekolah seperti madrasah, pondok pesantren. Bidang ilmu yang dipelajari bahasa arab, fiqih, falsafah, teologi, logika, etika, hadis, tafsir dan lainnya. Melalui sistem pengajian tersebut lahirlah para cendikiawan dan ulama dalam masyarakat melayu untuk menjadi pegawai, guru dan ahli agama, ahli fikir dan pujangga seperti Hamzah Fansuri, Nurudin Alraniri dan lainnya.[4]
SUMBANGAN TERBESAR BUDAYA MELAYU.
Masuknya Islam di alam melayu sangat mempengaruhi dari semua aspek kehidupan orang melayu, seperti dalam  bidang bahasa, sastra, intelektual, undang-undang, kepercayaan, politik, adat istiadat, kesenian dan lainnya. Islam di tanah melayu membuat perubahan baru, berawal masuknya di Pasai sehingga menyebar ke seluruh nusantara melalui sunan-sunan dan kerajaan Islam di Indonesia.
Bahasa melayu berkembang dengan cepat, hal ini disebabkan karena bahasa melayu termasuk bahasa yang mudah. Bahasa yang mudah berarti bahasa yang dengan cepat dapat dipelajari. Bahasa Melayu mengalami perkembangan Bahasa, yaitu, Melayu kuno, Melayu Klasik dan Bahasa Indonesia. Puncak dan pernyataan bahwa Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa adalah diikrarkannya sumpah pemuda di Jakarta, yang dicetuskan oleh para pemuda dari berbagai penjuru nusantara, pada saat itulah lahir Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nusantara. Serta bahasa Melayu berkerabat dengan Bahasa Nusantara lainnya.
Menurut Prof. Dr. Slamet Mulyana, ada 4 faktor yang menjadi sebab diangkatnya Bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, yaitu :1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa melayu.2. Bahasa melayu mempunyai sistem yang sederhana ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis.3. Faktor psikologi, yaitu bahwa suku bangsa jawa dan sunda telah suka rela menerima bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.4. Kesanggupan bahasa itu sendiri.
Periode-periode bersejarah dalam perkembangan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia:
a.      Periode pertama: Bahasa Melayu tertua yang masih dapat diselidiki sebagai peninggalan masa lampau.
b.     Periode kedua: Pada saat Malaka mengalami masa kejayaan (abad 15), yaitu ketika Malaka menjadi pusat perdagangan, bahasa kesastraan Melayu sangat pesat berkembang.
c.      Periode ketiga: Masa dibangunnya kembali kesusastraan Melayu di Johor, sebagai gantinya kesusastraan yang lama dihilangkan.d. Periode keempat: Permulaan abad ke 19, dimasa pujangga Abdullah Bin Abdul Kadir Munsi bersama ayahnya, mempunyai perhatian besar terhadap bahasa dan kesusastraan Melayu.e. Periode kelima: Memasuki abad ke 20, boleh dikatakan bermulanya masa perkembangan Lingua franca menuju ke bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu pada mulanya digunakan di kawasan nusantara, oleh penduduk di sekitar gugusan pulau nusantara yang terdekat di wilayah asia yaitu pantai timur Sumatra, semenanjung Malaka, dan pantai Camppa di Vietnam. Bahasa Indonesia yang kini dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan dan bahasa komunikasi antara suku-suku bangsa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. Awal mula bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia pada abad 1950 SM - 115 SM berdiri kerajaan Saba (Arabia selatan), dan dilanjutkan dengan kerajaan Himiar. Diantara 2 kerajaan Saba dan Sumatra, telah ada hubungan langsung yaitu hubungan perdagangan rempah-rempah dari Maluku dan pulau –pulau lainnya. Semenjak terjadinya hubungan perdagangan tersebut, maka penduduk nusantara mempergunakan Bahasa Melayu. [7]
Dari sinilah awal mulanya bangsa Indonesia mulai menggunakan bahasa melayu, sebagai cikal bakal bahasa resmi bangsa Indonesia. Setelah mengalami perubahan sebanyak 3 kali, akhirnya bahasa Indonesia telah disempurnakan. Bahasa melayu merupakan sumbangan terbesar melayu, bagai mana yang di ungkapkan oleh wakil presiden RI Boediono, menilai warisan dan sumbangan terbesar dari kebudayaan Melayu tak lain adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. 
Ia mengungkapkan bahwa "Bagi kita yang hidup sekarang, sumbangan yang paling nyata dan tetap abadi adalah konsensus kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa pemersatu bangsa. Selain bahasa, budaya melayu juga menyumbangkan sastra, syair, dan seni. [6]
Kebudayaan Melayu dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Diawal-awal tulisan ini penulis sudah memaparkan tentang kebudayaan melayu, adat istiadat, sikap budaya yang terbuka, sampai sumbangan terbesar di Indonesia. Ini ada keterkaitan antar perkembangan ilmu pengetahuan dimasa sekarang. Sebelum lebih jauh kita uraikan apa itu ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilimiah tentang suatu objek tertentu, yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang, metode dan sistem. Cara pandang suatu dan metode yang digunakan haruslah yang sesuai, karna tanggung jawab ilmu pengetahuan menyangkut juga tanggung jawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dimasa lalu, sekarang, maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan-keputusan bebas manusia dalam kegiatannya. Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu aturan baik alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga agar apa yang diwujudkan dalam perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang baik, yang seharusnya ; baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu sendiri maupun bagi perkembangan eksisitensi manusia secara utuh.
Kemajuan ilmu pengetahuan, dengan demikian, memerlukan visi moral yang tepat. Tanap moral yang tepat ilmu pengetahuan itu akan disalah artikan, terlebihnya kan di salah gunakan, awalnya ilmu pengetahuan itu sebagai alat mempermudah malah menjadi alat penghancur generasi kedepan. Maka dari itu harus menjadi konsep normatif, bagai mana dalam mengembangi ilmu pengetahuan dengan permasalahan bangsa yang ada sekarang.
            Lajunya pertumbuhan global dalam sektor ilmu pengetahuan dan teknologi diera sekarang sangat mempengaruhi keberadaan budaya, adat istiadat, dan norma-norma, karna lajunya impormasi dari luar yang masuk ke dalam negeri tidak dapat di bendung lagi. Berlakunya pasar bebas dan era globalisasi yang menuntut masyarakat selalu bersaing dalam dunia menafkahi.
Sebenarnya semua budaya di Indonesia sangat mempengaruhi dari perkembangan ilmu pengetahuan, dari aspek sosial dan budaya masyarakat yang terbuka dan selalu menerima tataran baru, tanpa menghilangkan budaya asli tersebut. Namun di era sekarang kebudayaan-kebudayaan itu telah hilang, sikap toleransi dan berbagi, serta gotong royong telah hilang. Adanya kemajuan suatu ilmu pengetahuan baru membuat, kemunduran terutapa segi aspek moral, sopan santun dan tingkah laku generasi muda yang anarkis, pendendam. Jika kita berkaca dengan sejarah perkembangan Indonesia.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ketakutan yang dirasakan oleh manusia akibat perkembangan teknologi ini disebabkan adanya kekhawatiran akan adanya penyalah gunaannya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Dampak Positif Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya Kemajuan dalam bidang teknologi dan peralatan hidup, masyarakat pada saat ini dapat bekerja secara cepat dan efisien karena adanya peralatan yang mendukungnya sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan lebih baik lagi.
Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
Di bidang kedokteran dan kemajauan ekonomi mampu menjadikan produk kedokteran menjadi komoditi Meskipun demikian ada pula dampak negatifnya antara lain;
terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan
Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental “instant”.[6]
Contoh Dampak positif :
Seseorang mengambil dari budaya yang ada sekarang misalnya saja perkembangan pada pengetahuan teknologi. Sekarang teknologi bukan lagi jadi bahan yang tabu di masayarakat umum dengan kemajuan teknologi semua dapat dengan mudahnya diselesaikan. Sebagai contoh penggunaan gadget, laptop dan lainnya, dengan gadget dan laptop kita dapat mengetahui informasi apapun, kapanpun dan dimanapun dengan mudah, dengan koneksi internet tentunya.
Dampak Negatif Ilmu Pengetahuan
Dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia, serta dapat terjadi proses perubahan sosial didaerah yang dapat mengakibatkan permusuhan antar suku sehingga rasa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah.
Apabila budaya asing masuk ke Indonesia, dan tidak ada lagi kesadaran dari masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikannya, dipastikan lagi masyarakat Indonesia tidak akan dapat lagi melihat kebudayaan Indonesia kedepan. Penyalahgunaan Fungsi Bebasnya setiap orang mengakses ataupun menggunakan teknologi, maka dengan mudah juga terjadi penyalahgunaan fungsi dari teknologi tersebut.
Pemborosan Biaya Teknologi yang tidak akan ada habisnya, akan membuat para penggunanya tidak pernah puas sehingga perlu biaya untuk selalu mengupdate teknologi yang mereka miliki ataupun penggunaan teknologi komunikasi yang makin meluas juga diikuti penambahan biaya.[6]
Global Warming Pengalihan kinerja manusia ke mesin tentu makin menyebabkan polusi udara sehingga memperparah pemanasan global, namun akhir akhir para produsen teknologi telah memproduksi segala kebutuhan teknologi yang di imbangi dengan pelestarian alam dan ramah lingkungan.
Contoh dampak negatif :
Namun tidak sedikit orang salah dalam menggunakan teknologi dan berdampak negatif Sebagai contoh yaitu, penipuan, perjudian, kejahatan dunia maya dan lain sebagainya.[6]
Sikap Kebudayaan Melayu dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Budaya Melayu umumnya, khasnya Melayu Riau, adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan itulah yang menyebabkan kebudayaan Melayu menjadi majemuk dengan masyarakatnya yang majemuk pula. Kemajemukan inilah sebagai salah satu khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat dengan keberagaman. Karenanya, orang mengatakan bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga yang penuh warna warni, indah dan memukau. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai utama sebagai “jatidiri” kemelayuan itu adalah adat istiadatnya atau dikatakan “adat resam”.
Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol (lambang) dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan ruamh tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat (pepatah petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair dll), yang mereka warisi turun temurun. Karenanya, tidaklah berlebihan bila ada yang berpendapat, bahwa khasana budaya Melayu merupakan “ samudera budaya dunia”, sebab di dalam budaya Melayu memang terdapat berbagai unsur budaya dunia. Dengan sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri.[2]
Dari sisi lain, keterbukaan budaya Melayu tidaklah bermakna “terdedah tanpa penapis”, sebab adat istiadat Melayu menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk merka buang dan jauhkan.[2]
Pandangan ini, tentunya mengacu pada perkembangan zaman, budaya melayu selalu mengikuti perubahan zaman tanpa menghilangkan nilai-nilai khazanah melayu sebagai mana telah di sebutkan tadi.
Adanya konflik antar kebudayan timur dan barat sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan satu dari kenyataan globalisasi terhadap budaya Melayu. Konflik antara budaya Barat dengan budaya Melayu telah menempatkan budaya Melayu kini sebagai satu entitas yang terdominasi oleh hegemoni dan kedigdayaan budaya Barat. Secara tegas bahkan ada yang mengatakan sebagai bentuk kekalahan budaya Melayu dalam menghadapi ekspansi budaya Barat di ranah intelektual. Namun perlu difahami bersama bahwa konflik hanya awal dari sebuah proses. Baik Barat dan Timur pada prinsipnya akan memasuki tahap adaptasi, hanya saja porsi adaptasi bagi yang terdominasi lebih besar ketimbang yang mendominasi. Adaptasi ini pun diikuti dengan Asimilasi sebelum akhirnya ia teringrasi pada perubahan sosial yang ada.
Apakah kondisi yang demikian adalah sebuah kekalahan? Nyatanya dalam fenomena interaksi, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Mendominasi atau terhegemoni hanyalah sebuah realitas sosial yang terus berputar dalam pendulu sejarah. Bagi sebuah kebudayaan harusnya hal ini bukanlah sebuah beban yang harus dipusingkan, sebab yang lebih penting adalah bagaimana bertahan dan menyesuaikan diri dengan segala perubahan lingkungan. Demikian halnya, seperti yang terjadi dalam budaya Melayu. Tidak semua elemen budaya mengalami degradasi nilai, justru pergeseran yang terjadi perlu mendapat apresiasi sebagai bentuk rekonstruksi positif bagi budaya Melayu dalam menjawab perubahan zaman. Rekonstruksi budaya tidak selamanya mengindikasikan kekalahan akibat hegemoni budaya lain. Justru sebaliknya, rekonstruksi harusnya dipahami sebagai upaya proyek kreatif bagi sebuah budaya dalam menjawab tantangan perubahan sosial. Budaya sebagai pandangan hidup tidaklah statis sebab manusia sebagai subjek yang menentukan warna budaya memiliki sifat dinamis. Rekontruksi budaya Melayu sebagai jawaban terhadap globalisasi adalah upaya dialektika internal akan nilai-nilai transendental maupun material budaya untuk di konseptualisasikan (diterjemahkan) kembali dan disesuaikan dengan logika berfikir masyarakat global kini. Tentu tidak semua harus disesuaikan, dan besar kecilnya perubahan sang-budaya tergantung sejauh apa budaya tersebut mampu berdialog dengan habitus dan modal dalam ranah interaksi di lingkup internal.
Dalam globalisasi, kebudayan dan identitas bersifat translokal (Pieterse 1995). Kebudayaan dan identitas tidak lagi mencukupi jika dipahami dalam term tempat, tetapi akan lebih baik jika dikonseptualisasikan dalam term perjalanan. Dalam konsep ini tercakup budaya dan orang yang selalu dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, juga kebudayaan sebagai sites of criss-crossing travellers (Clifford 1992). Oleh krena itu, globalisasi pada hakikatnya telah membawa perubahan besar bagi sebuah entitas kebudayaan. Serangkaian penjabaran dinamika budaya Melayu di atas ingin membwa pada pemahaman akan pentingnya upaya-upaya pelestarian tinggalan budaya Melayu di tengah derasnya arus globalisasi. Penggalian, pendokumentasian dan perawatan, pelestarian, hingga pada akhirnya penyajian kalau tidak ingin disebut “penjualan” kepada dunia merupakan langkah yang harus ditempuh demi lestarinya budaya Melayu. Namun, sebagai bagian dari ranah interaksi bduaya global, kebudayaan Melayu tealh mencerminkan sikap akomodatif yang elegan dalamwaktu yang singkat. Hidbridisasi sebagai wujud rekonstuksi identitas ke-melayu-an di ranah pergaulan internasional menjadi satu keharusan agar Kebudayaan ini tetap menempati martabatnya sebagai budaya bangsa yang berdaulat.[4]
Hibridisasi budaya merupakan salah satu implikasi logis terhadap perkembangan budaya Melayu dalam konteks kekinian. Proses ini merupakan sebuah upaya dialektika yang tidak sebentar. Dalam perjalanannya budaya Melayu melalui masyarakat pendukungnya mencoba menafsirkan kembali niali-nilai falsafah dan norma-norma adiluhung dari budaya melayu itu sendiri (self reflection). Kemudian dengan seiring jalannya waktu, pergaulan antarbudaya dalam dinamika globalisasi mendorong masyakat Melayu untuk bertoleransi dengan budaya lain khususnya Barat, untuk diadopsi pada fragmen-fragmen tertentu dalam “tubuh” budaya Melayu. Alhasil beberapa perwujudan dari bentuk material budaya Melayu kini terkesan lebih metropolis dan modern (dalam presepektif umum bahwa modern merupakanrepresentasi budaya barat).[4]
Tradisi atau gagasan pelestarian dan komodifikasi produk-produk budaya yang muncul dari Barat tampaknya adalah satu hal pelajaran tersendiri bagi eksitensi budaya Melayu ke depan. Masyarakat melayu sebagai salah satu representasi masyarakat Timur, barangkali kerap bersikap skeptis terhadap hal ini. Namun, perlu di ingat bahwa tidak semua yang datang dari Barat itu buruk dan harus dihindari, nyataannya justru mampu mendorong kreatifitas bagi konsruksi budaya dan membawa keuntungan bagi pelestarian serta pengembangan kebudayaan Melayu modern. Selain itu dalam ranah intelektual global, budaya yang bekerja pada basis ide, gagasan, maupun pengetahuan dapat menjadikan ranah interaksi ini sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi budaya Barat melalui peruwujudan budaya hybrid.[4]
KESIMPULAN
Kebudayaan Melayu dari dari massa masuknya agama Hindu-Budha sampai sekarang selalu mengalami perubahan. perubahan itu dapat dilihat dari seni budayanya yang selalu mengikuti budaya barat, tapi tidak kebaratan. Inilah budaya yang di sebut budaya hibrid, yaitu budaya yang mengikuti perubahan zaman dan gempuran dari budaya-budaya barat atau lainnya. Jika ada yang baik untuk memajukan masyarakat maka akan ditiru dan dijadikan sebagai budaya modern. Warisan budaya melayu terbesar yaitu segi bahasa yang menyatukan nusantara, dari segi bahasa ada juga, sastra, seni dan adat istiadat yang islami sebagai penapis masuknya sikap budaya yang tidak sesuai budaya ketimur-timuran. Budaya hibrid sangat bisa memnentukan keadaan budaya tersebut bisa punah atau tidak oleh waktu dan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap budaya. Tapi dengan adanya pencampuran antara budaya barat yang mendominasi di era sekarang dengan budaya ketimuran yang telah keterbelakang, jadi dapat di pastikan budaya melayu tetap bertahan karna mengikuti perubahan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Anonim, 2009. Perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam http://kartun-77.blogspot.com. Diakses 14 Maret 2014.
  2.     Anonim, 2010. Pusat Impormasi Kebudayaan Melayu. Dalam https://www.facebook.com/PusatInformasiKebudayaanMelayu/posts/510121482403525?stream_ref=10. Diakses 14 maret 2014
  3.  Anonim, 2013. Pengertian Budaya dan Kebudayaan. Dalam http://www.referensimakalah.com. Diakses 15 Maret 2014.
  4. Dasril, 2010. Intraksi antar budaya. Dalam http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents. diakses 14 Maret 2014.
  5. Fauzi, 2013. Perkembangan Melayu. Dalam http://fauziteater76.blogspot.com. Diakses 14 Maret 2014.
  6. Rahman, Bahim, 2013. Dampak Positif dan Negatif Perkembangan. Dalam  http://bahimrahmat.blogspot.com. Diakses 15 Maret 2014.
  7. Republika, 2013.Budiono sebut Bahasa Indonesia Warisan Terbesar Melayu. Dalam  http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/09/27/mts4xv-boediono-sebut-bahasa-indonesia-warisan-terbesar-melayu. Diakses 16 Maret 2014.
  8. Wahab, 2010. Guru Pantura. Dalam http://wahabkhoter.blogspot.com. Diakses 14 Maret 2013.
  9. Wikipidia, 2009. Melayu Riau. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Melayu_Riau.   Diakses 15 Maret 2014.